batuqq banner

BECAUSE SHARING IS CARING
"You Don't Have To Be Great To Start, But You Have To Start To Be Great"
Welcome To My Blog, Please Enjoy Reading And Don't Forget To Leave A Comment And Share, May Good Day Always Be With You

Saturday, September 30, 2017

5 Asisten Virtual Paling Populer Saat Ini

Asisten virtual tak dipungkiri saat ini telah menjadi fitur yang wajib hadir di perangkat-perangkat pintar. Pertumbuhan penggunanya pun cukup cepat seiring semakin banyak pengguna smartphone atau smart home. 

Sebagai catatan, pada dasarnya, kemampuan tiap asisten virtual sebenarnya tak berbeda jauh. Melalui perintah suara, pengguna dapat meminta perangkat melakukan sejumlah tugas. 
Namun mengingat setiap perusahaan memiliki perangkat sendiri dan mulai mengembangkan asisten virtual secara mandiri, sehingga saat ini ada sekitar lima asisten virtual yang dianggap paling populer. 
Meski kian populer, ternyata tak seluruh orang mengenal asisten virtual yang ada saat ini. Untuk itu, berikut ini adalah daftar asisten virtual dari tiap perusahaan yang dihimpun dari berbagai sumber : 

1. Siri
Siri merupakan asisten virtual buatan Apple yang dibenamkan ke perangkat-perangkatnya. Pertama kali diperkenalkan pada iPhone 4S, asisten virtual ini lantas merambah iPad dan iPod Touch.
Seiring perkembangan sistem operasinya, Apple turut meningkatkan kemampuan asisten virtual ini. Terbaru, Siri dapat mempelajari kebiasaan pengguna.
Melalui pembaruan ini, Siri dapat mengerti perintah yang diberikan pengguna sehari-hari. Sebagai contoh, asisten virtual ini dapat melakukan pemesanan transportasi online, menjadwalkan pertemuan, termasuk mengirim pesan via aplikasi chatting.
Tak hanya itu, ia pun akan terintegrasi dengan aplikasi iMessage dan menawarkan sinkronisasi iCloud secara otomatis. Apple dikabarkan juga akan mengoptimalkan performa Siri untuk sistem operasi TV pintar, Apple Watch, tvOS, dan watchOS.

2. Google Assistant
Asisten virtual ini pertama kali diperkenalkan di seri smartphone Google Pixel bulan lalu. Namun tak butuh waktu lama bagi Google untuk memperluas cakupan Google Assistant.

Kini, layanan asisten virtual ini hadir pula di perangkat Android yang sudah menjalankan versi Marshmallow dan Nougat. Sama seperti asisten virtual lain, fitur di aplikasi ini memungkinkan pengguna membuat janji, bertanya soal informasi, termasuk terhubung dengan perangkat Google lain. Bahkan, pengguna aplikasi chatting Allo kini dapat mengajak bicara Google Assistant dalam bahasa Indonesia. Menurut Product Lead Google Allo, Adam Rodriguez, pengguna bisa menambahkan Google Assistant ke dalam percakapan grup atau percakapan pribadi untuk menanyakan hal apa pun.
Kemampuan Google Assistant berbahasa Indonesia tak lepas dari jumlah pengguna di Tanah Air yang terus meningkat. Karena itu, kemampuan asisten virtual ini juga akan terus ditingkatkan.

3. Alexa
Alexa merupakan sistem berbasis perintah suara yang dikembangkan Amazon untuk speaker besutannya, Echo. Kemampuan Alexa mencakup perintah untuk menyalakan lampu atau memasang lagu di rumah.
Seiring perkembangan waktu, asisten virtual ini juga merambah produk lain, seperti Amazon Dot dan Tap. Kepopuleran asisten virtual ini juga dilaporkan terus menanjak bahkan mulai menyusul Siri. Alasannya, pengguna Echo terus tumbuh dengan cukup cepat dan berimbas pada adopsi pengguna Alexa. Tak hanya itu, interaksi pengguna dengan Alexa juga lebih konsisten ketimbang tahun lalu.
Terbaru, Amazon dan Microsoft baru saja mengumumkan kerja sama yang fokus pada integrasi asisten virtualnya, Alexa dan Cortana. Jadi, pengguna bisa memanfaatkan perangkat berbasis Alexa untuk menggunakan fitur milik Cortana.

4. Cortana
Asisten virtual besutan Microsoft ini pertama kali meluncur di Windows Phone 8.1. Memiliki kemampuan serupa asisten virtual lain, Cortana kini juga telah menyambangi Windows 10.
Tahun lalu, Microsoft juga memperluas kemampuan Cortana dengan integrasi lebih baik untuk aplikasi email Outlook dan kalender. Selain itu, juga lebih pintar dalam mengenali waktu secara spesifik dan permintaan aktivitas.
Fitur baru lainnya termasuk membalas pesan yang datang dari ponsel Android di PC Windows. Selain itu, developer juga akan bisa mengintegrasikan Cortana ke dalam aplikasi mereka sehingga pengguna dapat melakukan tindakan dengan suara dan fungsi otomatis lainnya.

5. Bixby
Memulai debut di Galaxy S8 dan Galaxy S8 Plus Maret 2017, Samsung segera memperluas jangkauan dari layanan asisten virtual ini. Kini, Bixby dilaporkan telah menyambangi lebih dari 200 negara.


Negara-negara yang dimaksud di antaranya adalah Inggris, Australia, Kanada, dan Afrika Selatan. Seperti diketahui, saat ini Bixby Voice baru bisa dipakai di Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Bixby Voice dikembangkan sebagai antarmuka cerdas milik Samsung yang membantu pengguna memberikan perintah ke perangkatnya dengan cepat dan mudah melalui perintah suara.
Samsung akan terus belajar agar lebih pintar serta membuat interaksi berjalan lebih personal dan koneksi yang lebih mulus ke banyak perangkat. Perusahaan itu juga berencana menghadirkan Bixby ke lebih banyak negara, bahasa, perangkat, termasuk aplikasi pihak ketiga.

Friday, September 15, 2017

8 Fitur iPhone X ini Sebenarnya Sudah Ada di Android Lho

Selasa lalu (12 September 2017), Apple resmi mengumumkan kehadiran iPhone X di Steve Jobs Theater, kampus Apple Park, Cupertino, Amerika Serikat.

Dan sebagai penanda ulang tahun ke-10 iPhone, iPhone X pasinya mengusung beberapa inovasi baru yang sebelumnya tidak pernah ada di seri iPhone terdahulu.

Desainnya pun kelihatan beda banget dibanding produk-produk iPhone sebelumnya, bagian layar yang nyaris tanpa bingkai serta punggung berlapis kaca, seakan mengukuhkan kalau iPhone X ini sebuah terobosan baru sejarah hape canggih jebolan Apple ini.

Tapi biarpun begitu, konon sebagian inovasi yang dibawa oleh iPhone X itu sebenarnya bukan barang baru, tapi sudah pernah hadir sebelumnya di ponsel-ponsel Android. Benarkah?

Cek yuk listnya


1. Pemindai Wajah
Selain sidik jari, bagian wajah belakangan ini populer buat dipakai sebagai kunci biometrik guna mengamankan handheld. Teknologi face scanning ini udah diterapkan Samsung di Galaxy S8 dan Galaxy S8 Plus yang meluncur bulan Maret 2017 lalu.

Microsoft juga sudah ikut menerapkan teknologi serupa di ranah desktop lewat Windows Hello untuk para pengguna laptop.

Balik lagi ke iPhone X, teknologi face scanning ala Apple harusnya lebih maju, karena didukung oleh perusahaan sekuriti biometrik RealFace awal tahun ini, tapi biarpun begitu kepintarannya mengenali wajah masih harus diuji.


2. Body Berlapis Kaca
Apple mungkin emang mempopulerkan tren smartphone dengan body berbahan logam, tapi ternyata pabrikan ini bukan yang pertama melapis punggung ponsel pakai kaca. Android LG G6 dan seri Samsung Galaxy sudah lebih dulu mengadopsinya.

Rancangan ini memang terlihat elegan, tapi bukan berarti tanpa kelemahan. Selain rentan tergores, punggung smartphone yang berlapis kaca juga mudah kotor terkena noda sidik jari pengguna.


3. Wireless and Fast Charging
Dua fitur ini ternyata sudah menjadi menu mainstream di smartphone Android kekininan. Apple akhirnya ikut nyemplung dan menerapkan teknologi serupa pada iPhone X.

Wireless charging dianggap praktis dan simpel, karena tak lagi memakai kabel yang terhubung langsung ke perangkat. Sementara, fast charging mempersingkat waktu yang diperlukan untuk mengisi baterai.


4. Layar Tanpa Bezel
Tahun lalu, Xiaomi Mi Mix tampil mengejutkan dengan mengusung konsep layar tanpa bezel. Tapi sebenarnya konsep yang sama udah lebih dulu dimunculkan Sharp lewat seri Aquos pada tahun 2014.

Ponsel-ponsel flagship Android masa kini pun banyak mengusung layar bezel less. Tampilan iPhone X dalam hal ini mirip dengan Essential Phone, smartphone Android rancangan Google, karena memiliki panel atas yang menjorok ke dalam layar untuk menampung modul kamera depan.


5. Layar Amoled
Sudah sekian lama Phone selalu memakai layar berjenis LCD, bukan AMOLED (Active Matrix Organic Light Emitting Diode) yang nyatanya lebih cerah dan fleksibel. padahal belakangan ini, pabrikan Android kelas menengah seperti Asus pun sudah mulai beralih ke AMOLED.

Apple lalu ikut serta. Layar AMOLED biasanya dibuat oleh duo pabrikan Korea, LG dan Samsung. Keduanya sudah sejak lama memakai layar OLED di produk masing-masing.


6. Augmented Reality ( AR )
Seperti halnya layar bezel less, Augmented Reality (AR) adalah tren teknologi yang masih relatif baru di dunia smartphone. Dua pabrikan Android, yaitui Lenovo (Phab 2 Pro) dan Asus (ZenFone AR) mulai menawarkan fitur AR ke konsumen mainstream. Lenovo sejak pertengahan 2016 lalu, sementara Asus pada awal 2017.

Apple sempat menunjukkan teaser teknologi AR besutannya pada konferensi WWDC 2017 beberapa bulan lalu. Daripada Virtual Reality, Apple memang lebih tertarik pada AR yang menggabungkan aneka grafis dan informasi komputer dengan dunia nyata.


7. Double Camera
April 2014 silam, HTC One M8 memperkenalkan konsep dua kamera yang bisa mampu menyimulasikan efek bokeh seperti kamera DSLR. Sejak itu mulai banyak bermunculan ponsel dengan double cam alias kamera ganda.

Smartphone kamera ganda pertama dari Apple adalah iPhone 7 Plus yang diperkenalkan genap setahun lalu, dengan memasangkan kamera dengan lensa wide angle dan kamera kedua berlensa short telephoto.


8. Tanpa Home Button
iPhone X tak memiliki ruang untuk tombol home fisik karena hampir seluruh bagian depannya terdiri dari layar. Fungsi tombol ini pun digantikan oleh gestur gerakan jari menyapu layar dari bawah, baik untuk membangunkan perangkat maupun kembali ke layar home.

Pabrikan-pabrikan Android belakangan juga telah banyak “melenyapkan” tombol home fisik dari muka perangkat, demi memperoleh tampilan layar yang lebih lebar. Yang terbaru adalah Samsung galaxy Note 8 dan Xiaomi Mi Mix 2.


Tuesday, September 5, 2017

Yuk Intip Penampakan Jam Tangan G-Shock Unit Ke - 100.000.000 !


Pada jaman dahulu, jam tangan adalah barang yang harus diperlakukan dengan hati-hati. Ia tidak boleh jatuh, terguncang, atau terkena air.

Lalu suatu hari pada tahun 1981, Kikuo Ibe, seorang pengembang jam tangan di Casio tidak sengaja menjatuhkan jam tangan hadiah dari orang tuanya setelah lulus ujian masuk SMA. Sayangnya, jam tangan tersebut rusak.

Ia kemudian mencari cara untuk membuat jenis jam tangan baru yang tidak akan rusak meski terjatuh. Setelah lebih dari 200 prototipe, ia akhirnya menemukan sebuah struktur bingkai jam tangan berongga yang dirancang untuk menopang modul inti pada titik-titik tertentu. Penutup uretan juga dibentuk di sekeliling bingkai.


Saat menjadi produk, jam tangan ini disebut DW-5000C, model G-Shock yang pertama, yang diluncurkan pada April tahun 1983. Nama G-Shock diberikan karena jam ini tahan terhadap guncangan kuat yang disebabkan oleh gravitasi (jatuh bebas).

Pada tahun 1984, sebuah iklan di Amerika Serikat menampilkan seorang pemain hoki es memukul G-Shock DW-5200 sebagai ganti karet hoki (puck). Iklan ini membuat orang bertanya benarkah jam tangan ini sekuat yang ditunjukkan dalam iklan.

Untuk mencari tahu, sebuah program TV mereka ulang skenario tersebut untuk membuktikan kekuatan jam tangan ini, dan hasilnya, G-Shock tersebut masih menunjukkan waktu secara akurat walau dipukul dengan tongkat hoki.
Hal itu membuat G-Shock populer di antara penggemar kegiatan luar ruangan, petugas pemadam kebakaran, polisi, dan lainnya, di Amerika Serikat.

Kepopuleran G-Shock bertambah ketika tahun 1990 pabrikan memperkenalkan penggunaan grafik kristal cair pada seri DW-5900. Uniknya, model ini baru populer di Jepang setelah majalah-majalah Jepang menampilkan tren yang muncul di AS. Pada saat itu, DW-5900 memang hanya tersedia di luar Jepang, walau Casio sendiri berasal dari Jepang.


Jumlah jam tangan yang dikirim ke Jepang pun tumbuh dari sekitar 10.000 pada tahun 1990 menjadi sekitar 700.000 pada tahun 1995. 

Pada pertengahan tahun 1990-an, Casio ingin meningkatkan keragaman pemakai G-Shock, sehingga memperluas lini modelnya, menyesuaikan jenis olahraga dan budaya.

Selain mode jalanan, pengembangan model G-Shock mulai berhubungan dengan berbagai olahraga, seperti peselancar salju (snowboarder) dan peselancar (surfer), serta penggemar musik reggae dan penikmat klub malam termasuk para DJ dan penari.

Pada tahun 1997, sebanyak 2,4 juta jam tangan dikirim ke Jepang dan sebanyak 6 juta unit terjual di belahan dunia lainnya. G-Shock kemudian berkembang menjadi sebuah merek yang identik dengan kaum muda.

Setelah tahun 1997, jumlah pengiriman G-SHOCK mulai menurun. Hal ini mungkin disebabkan oleh peluncuran berbagai macam model kolaboratif dan fokus pada jam tangan sebagai simbol mode daripada fitur intinya yaitu ketahanan terhadap guncangan.

Dengan keinginan untuk kembali ke prinsip-prinsip dasar ketahanan terhadap guncangan, Casio berfokus kembali pada performa G-Shock yang tangguh. Model-model jam tangan G-Shock pun berevolusi baik dari segi fungsi maupun performa.

Misalnya seri GW-300 (2002), yang dilengkapi dengan teknologi kendali radio dan tenaga surya, GW-9200 (2008), yang dapat menerima sinyal radio kalibrasi waktu dari enam stasiun di seluruh dunia, dan GW-4000 (2012), yang dilengkapi dengan teknologi Triple G Resist untuk bertahan melawan guncangan, gaya sentrifugal, dan getaran.


Evolusi G-Shock itu masih berjalan hingga saat ini. Pada bulan Mei 2017, Casio merilis GPW-2000 yang menampilkan modul Connected Engine 3-Way. Modul ini menerima sinyal kalibrasi waktu dari gelombang radio dan juga satelit GPS sambil terhubung dengan penyedia layanan waktu (time server) dengan cara penyelarasan (pairing) dengan smartphone. Hal ini secara otomatis memperbarui data internal pada jam tangan mengenai zona waktu dan daylight savings time (DST) dari sebuah smartphone.

Kini G-Shock dipakai semakin luas untuk berbagai jenis aktivitas. Mulai dari olahraga ekstrim hingga militer.

Pada bulan Agustus 2017, total pengiriman jam tangan G-Shock ke seluruh dunia telah mencapai angka 100 juta unit sejak DW-5000C pertama dipasarkan tahun 1983.
Tanggal 31 Agustus lalu dilaksanakan sebuah perayaan untuk merayakan pelepasan G-Shock yang ke-100 juta di pabrik Casio di Yamagata. Pada perayaan tersebut, di bagian atas pelat penutup jam tangan G-Shock digrafir angka 100.000.000 dan pelat tersebut dipasang pada jam tangan MRG-G1000B-1A4 yang merupakan salah satu jam tangan dari seri MR-G.

MRG-G1000B-1A4 dilengkapi dengan sistem akuisisi waktu hibrida yang menerima sinyal dari GPS dan gelombang radio. Jam tangan dengan aksen merah tua ini membangkitkan ingatan akan baju zirah merah yang digunakan ksatria samurai Jepang di zamannya. Sayang, unit khusus ini tidak untuk diperjualbelikan.